Melon ladika adalah salah satu varian buah melon yang semakin populer. Selain lebih manis, bobot buahnya lebih berat. Karena kelebihannya itu, budidaya melon ini menjanjikan. Tak heran, banyak orang tertarik membudidayakannya. Omzet sekali panen bisa puluhan juta rupiah.
buah melon merupakan salah satu buah tropis yang banyak digemari orang Indonesia.
Seiring berjalannya waktu, kini muncul varian baru dari tanaman ini. Salah satu yang mulai populer adalah melon ladika.
Melon ini merupakan melon hibrida hasil pemuliaan tanaman di daerah Karanganyar, Jawa Tengah. Bentuknya lebih oval dari melon biasa.
Selain itu, rasanya juga lebih manis dengan tekstur daging lebih renyah dan berwarna oranye.
test
Bobot per buah melon ini bisa mencapai dua hingga tiga kilogram (kg). Budidaya melon ini mulai ramai sejak dua tahun terakhir.
Kendati ditemukan di Jawa, melon ini sudah mulai banyak dibudidayakan di daerah-daerah lain di luar Jawa. Di Sumatra Utara, misalnya, banyak petani yang membudidayakan melon jenis ini dalam skala besar.
Salah satu pembudidaya melon di daerah ini adalah Amin, 45 tahun. Ia tertarik membudidayakan melon ini karena permintaan pasar cukup besar. Ia sudah menekuni budidaya melon ladika sejak tahun 2010.
Ia membudidayakan melon ladika di lahan seluas 8 hektare (ha).
Lokasinya berada di Desa Ujung Rambung, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Deli Serdang. Dengan lahan seluas itu, ia mengaku bisa memanen melon ladika setiap hari.
Ia bilang, dengan lahan yang luas memungkinkannya melakukan penanaman dalam waktu berbeda-beda. Dengan begitu, melon dapat berbuah secara bergiliran setiap hari. Menurut Amin, setiap 1 ha melon ladika menghasilkan 15 ton sekali panen. Maka, dengan luas lahan 8 ha, ia bisa menghasilkan 120 ton sekali panen.
Saat ini, ia bisa memanen rata-rata 2 ton per hari. Dengan harga jual Rp 7.000 per kg, maka sekali panen dalam sehari ia bisa meraup omzet Rp 14 juta. Ada pun total omzet dalam sebulan sebesar Rp 420 juta dengan laba bersih sekitar 35%.
Budidaya melon ladika juga ditekuni Aenudin, petani asal Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Ia terjun ke usaha ini sejak 2009.
Selain dari NTB sendiri, kini ia juga banyak mendapat pesanan melon ini dari Jakarta, Semarang, Surabaya, dan Bali.
Aenudin membudidayakan melon ladika di lahan 2 ha hingga 15 ha, tergantung musim.
Jika sedang musim kemarau, seluruh lahan ia tanami melon ladika. Tapi jika sedang musim hujan, ia hanya menanam di lahan seluas 2 ha saja. "Melon tidak terlalu bagus jika musim hujan," ujarnya.
Dengan lahan 2 ha, Aenudin bisa panen setiap 60 hari-70 hari.
Setiap satu ha bisa ditanami 200-250 batang pohon melon. Satu batang menghasilkan 2 kg-3 kg melon. Dari situ, omzetnya dalam sekali panen bisa mencapai Rp 80 juta, dengan laba sekitar 50%.